Senin, 06 Juli 2009

Cinta Pertama yang Paling Indah


Harapkanlah cinta terbesar, terindah,
dan teragung dalam hidupmu


Ketika pertama kali mengenal-Nya, aku langsung jatuh cinta. Cinta membuat hatiku berbunga-bunga, tapi juga mudah berurai air mata. Setiap aku membaca surat-surat-Nya, aku selalu menangis dan tak bisa berhenti. Tidak seperti cinta lain yang menggebu, cintaku pada-Nya membuatku selalu merasa haru. Hatiku terasa damai, sejuk, dan tenang, manakala aku bangun tengah malam, berbicara dengan-Nya dan berdoa di hadapan-Nya.

Dia tak pernah menyakiti hatiku, takkan pernah ‘memutuskan’ aku. Dia selalu berada dekat denganku, lebih dekat dari urat leherku. Saat aku berjalan ke arah-Nya, Dia mendekatiku dengan berlari. Cintanya untukku begitu indah dan tak pernah membuat gundah.

Hanya saja, Dia tipe perfeksionis. Dia selalu menyuruhku melakukan ini dan itu. Tapi dengan senang hati, aku melaksanakan segala perintah-Nya. Demi cinta, aku rela melakukan apa saja. Termasuk bila harus mengorbankan nyawa sekalipun, aku takkan gentar. Aku mencintai Dia sedalam-dalam hatiku yang terdalam. Aku mau melakukan segalanya agar bisa terus bersama-Nya, meresapi segala kenikmatan cinta yang indahnya bagaikan mata air surga.

Dia menyuruhku untuk rajin sholat…..aku nurut.

Dia menyuruhku untuk rajin puasa…..aku patuh.

Dia menyuruhku untuk senang berzakat…..aku taat.

Dia menyuruhku memakai jilbab dan menutup aurat…..aku tak membantah.

Memang, seorang kekasih yang baik adalah yang membiarkan kita menjadi diri sendiri. Kekasih yang baik, adalah yang menerima diri kita apa adanya. Tidak menuntut, tidak meminta diri kita untuk berubah dan menjadi berbeda.

Tapi jika perubahan itu ke arah yang lebih baik? Jika dia meminta kita berubah menjadi pribadi terbaik yang bisa kita lakukan? Kenapa nggak? Bukankah setiap manusia yang bervisi ke depan harus mengusahakan dirinya semakin matang dan dewasa?

Ya. Dia memang perfeksionis, dan menetapkan kriteria tinggi. Dia ingin aku jadi sempurna, sesuai kriteria-Nya. Dan demi cintaku padaNya, sekali lagi, aku rela melakukan segalanya. Sebab aku tahu, Dia menyuruhku ini dan itu karena semata Dia juga mencintaiku. Dia ingin aku menjadi kekasih terpilih di mata-Nya, agar kelak aku bisa berkumpul dengan-Nya dalam pelaminan surga.

Itulah cinta yang terindah, terbesar, dan teragung di dunia. Cinta di atas segala cinta. Cinta yang tidak hanya membahagiakan, namun juga menyelamatkan.

Cinta pertamaku? Cinta pada Rabb-ku.

source: Romantic Moments by Elie Mulyadi 2009