Selasa, 30 Juni 2009

Gemuk Tapi Cantik

Bagi sebagian orang yang beruntung memiliki tubuh berukuran ekstra, terkadang memilih pakaian tidaklah mudah. Ada yang bilang, untuk mengukur seberapa ideal bentuk tubuhmu, cobalah baju-baju di butik, bila umumnya pas di tubuh berarti tak ada masalah dengan berat badan kita. Namun bila sebaliknya, kita harus bekerja ekstra untuk menemukan fashion yang cocok. Nah, terkadang, meski ada pun pilihannya terbatas. Terpikir, bagaimana bisa tetap tampil chic dan trendy dengan pilihan yang serba terbatas?

Berawal dari introspeksi diri, bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini saya pun termasuk kategori extra large, saya mulai rajin mencari-cari tips dan gambar tentang gaun yang cocok. Wah, ternyata nggak sesulit yang saya duga. Punya ukuran big size juga ternyata bisa tampil cantik. Benar kata orang, big is beautiful.

Nah, berikut ini saya tampilin sedikit koleksi busana yang telah menjadi inspirasi untuk busana-busana yang saya kenakan, yang bisa menyiasati penampilan kita agar lebih chic. Selamat melihat-lihat...

Rabu, 03 Juni 2009

Better off on her own

It's not the song of Pelle
It didn't even iritate me the most!

But actually it reminds me the story...

Saya sebetulnya senang sekali punya banyak sahabat
bukan senang malah, tapi ingin...i mean, ingin punya lebih banyak lagi.

Kalau kata pepatah too many lovers = too many tear drops, maka too many friends = too many love.

Banyak cinta? tentu saja bagus...cinta bisa membuat kita tetap happy dan punya alasan untuk hidup dan bermimpi.
Hanya saja yang mungkin perlu ditebalin adalah kata 'too'nya.
Apa yang terlalu, berlebihan, semacam itu, rasanya kurang bagus bukan?
Nah...cerita saya ini akan berkaitan dengan hal ini,
bahwa ternyata terlalu banyak sahabat juga kadang ada nggak enaknya.
Saya menulis 'kadang', bukan 'selalu' atau 'sering',
yang berarti itu sama sekali nggak menafikan arti positif makna persahabatan...

Ceritanya saya sedang di Bandung, pas banget kemarin lusa.
Sendirian, mencari2 bahan buat tulisan (lonely trip yang menyenangkan!)
Tiba-tiba saat berjalan menuju sebuah perpustakaan yang ada di daerah Buah Batu
someone was calling my name, "Elie!"
I though she shouted at another Elie, but what she meant was me.
Dia menatap ke arah saya, dengan pandangan gembira campur kaget seolah baru saja ketemu teman lama.
Bukan pura-pura berlagak nggak kenal atau apa, tapi saya benar-benar nggak tahu siapa dia.
Saya membatin sendiri, did i know her?
Saya coba mengingat-ingat, pernah kenal di mana ya?
Saya juga mengingatkan diri saya bahwa mungkin karena udah umur 30, saya jadi agak pelupa.
Wah, meskipun udah berpikir keras, saya tetap tidak ingat siapa dia.
i had no idea what to do or what to say
do i have to tell the truth that i didn't know her...or just pretended to know her?
Akhirnya saya tersenyum lalu bilang, "Hai...assalamu'alaikum."

Dia menepuk dahi dan tampak lega. "Wah, jadi kamu ingat aku sekarang? Kukira kamu udah lupa, abis tadi waktu kupanggil malah bengong."
Lalu percakapan di antara kami pun mengalir. Percakapan biasa, yang yeah, not so meaningful.
Dia membicarakan banyak hal tentang dirinya. Bahwa dia udah seumuran saya (dari mana coba tahu umur saya? walah...)
"I wish i had got married," finally she said
nah, ini yang suka bikin saya kebingungan harus menjawab apa.
Banyak teman-teman saya yang mengatakan hal ini, tapi saya nggak tahu harus merespon apa...apakah bersikap prihatin, mencoba menghibur, atau pura2 tidak mendengar? Ketiganya pilihan sulit.
Tapi saya putuskan untuk tersenyum saja, mencoba tetap menjadi pendengar yang baik.

Tiga puluh menit berikutnya dia bercerita lebih banyak hal lagi tentang dirinya.
Saya cuma jadi pendengar.
Ingin sekali saya bertanya satu hal saja, "Kapan ya kita bertemu?" atau "Darimana kamu tahu saya?" tapi rasanya pertanyaan itu nggak sopan.
Jadi ya, saya putuskan untuk cuma jadi pendengar
Tidak apa-apa kan, meluangkan sedikit waktu dari kesibukan saya untuk membuat orang lain lega karena telah mengeluarkan uneg-unegnya?

Nah, akhirnya percakapan pun berakhir.
Saya begitu tersentuh mendengar kisah hidupnya yang ternyata nggak menyenangkan itu.
Saya bahkan sempat menangis mendengar masa lalunya, tentang persoalan keluarga yang mengiris hati. Dia wanita yang sedang terluka oleh cinta dan berjuang menemukannya.
Keluarganya mengusirnya saat dia menikah dengan pemuda yang bukan pilihan orangtuanya,
lalu setelah dua tahun menikah, sang kekasih justru berpaling ke cinta lain.
Sebuah kisah yang klise, tapi nyata.

Dan akhirnya, tanpa saya harus memberi kata-kata penghiburan, kami pun berpamitan.
Saya lalu berjalan menuju perpustakaan, membuka buku-buku dan majalah-majalah bahasa Sunda edisi lama.
Banyak sekali kisah yang saya temukan mirip dengan kisah teman saya itu.
Kemudian setelah lama asyik membaca, saya teringat, bahwa saya tadi lupa menanyakan hal yang ingin saya tanyakan, "Kapan ya kita ketemu?" "Darimana kamu mengenal saya?"

Saya tersenyum sendiri. Ahh...mungkin itu tidak penting.
Dia mungkin mengenal saya di suatu tempat, di bis atau di angkot saat saya menyodorkan kartu nama.
Atau di facebook, atau di milis, atau di majalah di mana saya biasa menulis,
atau di acara talkshow barangkali.
Entah...
yang penting adalah, hari itu, saya telah mendapatkan suatu anugerah.
Bahwa meskipun tidak saling mengenal, Allah bisa mempertemukan dua insan, dalam suatu pertemuan singkat di perjalanan.
Saya tahu, dia saudara saya, saudara semuslim, meski tak pernah tahu namanya dan asal-usulnya.

Yah siapapun dia...saya gembira telah mendapat satu lagi sahabat.
Adapun tentang pertanyaan yang belum terjawab,
mungkin suatu saat nanti akan ada jawabannya.
Siapa tahu kami dipertemukan kembali?
Yah, siapa tahu.
Untuk sementara biarlah saya menyimpan pertanyaan ini dulu,
memohon maaf pada-Nya bahwa mungkin saya terlalu banyak sahabat hingga menjadi lupa
atau sengaja melupakan persahabatan dengan jarangnya bersilaturahmi.
The only thing i can do; membiarkan dia pergi dari benak saya.
Like Pelle said, she's better off on her own
Dan kisah hidupnya, telah membuat saya merenung, untuk kemudian bersyukur atas apa yang telah saya miliki saat ini.